Sambangdesa.com / Banyumas - Dalam sambutannya di acara pelepasan ekspor gula semut ke Hungaria, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto, menegaskan pentingnya kolaborasi antara badan usaha milik desa (BUMDes) dan koperasi desa (kopdes) merah putih. Ia menyampaikan bahwa kedua entitas ini tidak seharusnya saling meniadakan, melainkan saling mendukung untuk memperkuat ekonomi desa.
Menteri Yandri menjelaskan, "Tidak perlu galau antara BUMDes dan koperasi desa merah putih. Keduanya memiliki peran vital untuk pembangunan ekonomi desa."
Dalam pernyataannya, ia menjelaskan bahwa BUMDes Kabul Ciptaku, yang berfokus pada usaha gula semut, bisa berkolaborasi dengan kopdes merah putih yang mengembangkan sektor usaha lainnya.
Acara tersebut berlangsung pada Kamis (1/5/2025), di Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kehadiran Mendes dalam acara ini menandai langkah penting dalam pengembangan sektor pertanian dan ekonomi lokal.
Yandri menjelaskan bahwa Kementerian Desa PDT sedang menyusun petunjuk pelaksanaan dan teknis mengenai hubungan antara BUMDes dan kopdes merah putih. Ia menyatakan, "Kehadiran koperasi desa merah putih justru akan memperkuat persaingan yang sehat, sehingga ekonomi di desa akan semakin kokoh."
Lebih lanjut, Mendes Yandri menerima laporan dari Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, bahwa Kabupaten Banyumas dan sekitarnya, termasuk Purbalingga, Cilacap, dan Kebumen, menyuplai hingga 80 persen dari kebutuhan gula semut dunia. Dalam konteks ini, Yandri mengajak Menteri Perdagangan Budi Santoso untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam produksi gula semut, termasuk fokus pada pengemasan dan peningkatan mutu.
"Sumber utama gula semut berasal dari Indonesia dan ini menjadi titik tawar kita dalam negosiasi harga," ungkap Yandri. Ia berharap harga gula semut, saat ini sekitar $35.000 untuk 18,5 ton, dapat meningkat, sehingga memberikan kesejahteraan bagi petani.
Bupati Banyumas menyampaikan bahwa pada tahun 2024, ekspor gula semut dari daerah tersebut mencapai 5.342 ton, dengan tujuan utama ke negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan adanya larangan ekspor gula kelapa kristal dari Malaysia, Bupati Sadewo melihat peluang positif bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor.
Di akhir sambutannya, Bupati berharap pemerintah dapat memberikan dukungan lebih lanjut, seperti pembangunan laboratorium untuk menguji kadar organik dalam gula semut dan penyediaan bibit kelapa genjah yang lebih efisien.
"Kami ingin mengurangi risiko kecelakaan bagi para pederes nira kelapa," tuturnya.
Dengan adanya sinergi antara BUMDes dan koperasi desa, serta dukungan dari pemerintah, diharapkan sektor pertanian, khususnya produksi gula semut, dapat berkembang lebih baik. Peluang ini tidak hanya menjanjikan keuntungan ekonomi, tetapi juga kesejahteraan bagi petani di daerah tersebut. Masyarakat diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam memanfaatkan peluang ini demi meningkatkan kualitas hidup mereka.
Social Footer