Berikut adalah beberapa desa yang menurut sambangdesa wajib dikunjungi:
1. Desa Sembalun, Lombok
Terletak di kaki Gunung Rinjani, desa ini memiliki lahan pertanian yang subur dan air terjun yang indah. Desa Sembalun dikenal sebagai produsen bawang merah terbesar di Indonesia dan juga menjadi pusat wisata pendakian gunung.
Sembalun, sebuah desa yang memikat hati di kaki Gunung Rinjani. Keindahan alam yang dimilikinya begitu luar biasa, menjadikannya sebagai destinasi wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Dalam desa ini, terdapat lahan pertanian yang sangat subur dan menghasilkan bawang merah terbesar di Indonesia. Tak hanya itu, Sembalun juga dikenal sebagai pusat pendakian gunung, dengan jalur-jalur yang menantang tetapi sangat memukau.
Di sini, para pengunjung disambut oleh air terjun yang menyejukkan, dengan gemercik airnya yang indah dan menenangkan. Suasana desa yang tenang dan asri menjadikannya tempat yang sempurna untuk bersantai dan menenangkan pikiran.
Ketika malam tiba, cahaya bintang yang bersinar terang memberikan pesona yang sangat memukau. Dan pada pagi hari, sinar matahari yang menyinari desa dengan lembut memberikan perasaan yang hangat dan menyenangkan.
Sembalun, desa yang sangat kaya akan keindahan alamnya. Namun, kekayaan itu tidak hanya terlihat pada panorama yang disajikan, tetapi juga pada masyarakatnya yang hidup dalam kebersamaan dan kebahagiaan yang luar biasa.
Desa Sembalun Bumbung adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Sembalun. Hingga saat ini, desa ini belum mengalami pemekaran seperti desa Sembalun Lawang dan desa Sajang.
Desa ini terkenal dengan keindahan alamnya dan menjadi tujuan wisata yang populer. Selain itu, Sembalun Bumbung juga terkenal dengan keramahannya terhadap tamu. Desa ini menerapkan konsep alam terbuka dan wisata budaya, dan kaya akan kesenian serta peninggalan benda-benda bersejarah.
Di Sembalun Bumbung, terdapat benda-benda peninggalan sejarah seperti Al-Qur'an berkulit unta, keris kering peninggalan Kerajaan Singosari dan Majapahit, serta keris samurai asli dari Jepang.
Selain itu, kebudayaan, kesenian, dan tradisi juga masih dijaga dengan baik di desa ini. Beberapa di antaranya adalah ritual adat ngayu-ayu, bebija tawar, maca lontar, maulid adat, tari tadang mendet, wayang wong, tari pangkureong, tari petok tabla, tari gerok gerem, drama raden juarsah, dan cupak gurantang.
2. Desa Wae Rebo, Flores
Desa ini terkenal dengan rumah adat Mbaru Niang yang unik dan kaya akan tradisi. Wae Rebo juga memiliki keindahan alam yang luar biasa, seperti air terjun dan pemandangan pegunungan.
Wae Rebo, desa yang tersembunyi di antara pegunungan Flores. Sebuah destinasi wisata yang memiliki keindahan alam yang luar biasa dan kearifan lokal yang sangat kental.
Desa ini dikelilingi oleh hutan lebat dan pemandangan alam yang sangat menakjubkan. Namun, yang membuat Wae Rebo sangat istimewa adalah rumah-rumah adatnya yang unik dan langka, yang terdiri dari tujuh bangunan dengan atap kerucut.
Masyarakat di Wae Rebo hidup sangat sederhana, dengan mata pencaharian utama sebagai petani dan pengrajin kerajinan tangan. Namun, kehidupan sederhana itu tak menghalangi mereka untuk menjaga kearifan lokal dan tradisi nenek moyang mereka.
Setiap kali musim panen tiba, mereka mengadakan upacara adat yang disebut "Reba", untuk memohon berkah dan keselamatan dari para dewa. Upacara ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat Wae Rebo atas hasil bumi yang diberikan.
Mengunjungi Wae Rebo seperti membuka lembaran sejarah yang begitu kaya akan budaya dan keindahan alam. Desa yang seakan terisolasi ini memberikan kita pelajaran tentang kesederhanaan, kerukunan, dan rasa syukur yang tak ternilai harganya.
Wae Rebo, sebuah nama yang membuat hati tergerak. Sebuah kampung yang tersembunyi di dataran tinggi Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Tempat yang dikenal sebagai kampung di atas awan, dengan keelokan yang menggoda dan suasana yang menenangkan. Dalam bulan Agustus 2012, Wae Rebo dinyatakan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, melebihi 42 negara lainnya.
Namun, untuk mencapai surga ini, para pelancong harus menempuh perjalanan yang tak mudah. Menempuh jalan setapak sejauh enam kilometer dari Desa Dintor ke Desa Denge, lalu melanjutkan pendakian selama tiga jam untuk mencapai Wae Rebo. Sepanjang perjalanan, pelancong akan menemukan keheningan dan kedamaian, seakan-akan dunia terasa seperti di ujung sana.
Kampung Wae Rebo begitu terkenal, terutama oleh para wisatawan Eropa yang jauh-jauh datang ke Indonesia. Mereka terpikat oleh desain arsitektur yang khas dengan rumah adatnya berbentuk kerucut dan atapnya terbuat dari daun lontar. Selain itu, hasil kerajinan tangan, kopi, vanili, dan kulit kayu manis menjadi andalan warga sebagai cendera mata yang dibawa pulang oleh para wisatawan.
Tapi lebih dari itu, Wae Rebo menyimpan keunikan dan kearifan lokal yang masih terasa kental. Budaya dan adat istiadat yang ada di kampung ini membuat para pelancong merasa terpesona. Tidak hanya itu, keramahan warga dan suasana pedesaan yang tenang membuat hati merasa damai.
Jangan ragu untuk mengunjungi kampung ini, rasakan sendiri pesona yang ada di Wae Rebo. Merasakan kampung yang berada di atas awan, membuat diri merasa seolah-olah berada di negeri dongeng yang indah. Dari keelokan alam hingga budaya dan keramahan warga, semuanya membuat pengunjung jatuh cinta pada kampung yang satu ini.
3. Desa Penglipuran, Bali
Desa Wisata Penglipuran, sebuah desa yang memukau di kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Selayaknya keindahan surga, desa ini memiliki luas wilayah yang lapang, 112 hektar yang terdiri dari berbagai penggunaan wilayah yang menarik. Lahan pertanian, hutan bambu yang menyejukkan, hutan kayu yang damai, pemukiman yang ramah, tempat suci yang sakral, dan fasilitas umum yang modern terpajang di hadapan pengunjung.
Tidak hanya itu, lokasinya yang strategis membuat pengunjung dapat mencapainya dengan mudah. Hanya dengan jarak tempuh 1 jam 30 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai, pengunjung sudah dapat menikmati keindahan Desa Wisata Penglipuran. Secara geografis, desa ini memiliki ketinggian 600-650 m dari permukaan air laut, memberikan suasana yang sejuk dan nyaman bagi para pengunjung.
Sedangkan jumlah penduduknya, sekitar 1.111 orang dengan 277 keluarga yang tersebar di dalamnya. Mata pencaharian masyarakat desa ini sangat beragam, mulai dari perajin, pedagang souvenir, kuliner, petani, pengelola home stay, karyawan, PNS, pemandu wisata, dan pelaku pariwisata lainnya. Masyarakat Desa Wisata Penglipuran hidup dalam keyakinan agama Hindu, memegang teguh adat istiadat, nilai gotong royong, kekeluargaan, dan kearifan lokal yang berlandaskan konsep Tri Hitha Karana.
Sungguh sebuah tempat yang mempesona, tak hanya keindahan alamnya, namun juga keramahan masyarakatnya. Dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi, Desa Wisata Penglipuran menjadi sebuah surga tersembunyi yang memperlihatkan keindahan Bali dari sisi yang lain.
Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali, telah dikenal sebagai desa terbersih di dunia. Selain Desa Penglipuran, ada juga Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda yang dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia.
Desa Penglipuran memiliki konsep tata ruang Tri Mandala yang merupakan patokan adat yang diwarisi turun temurun. Konsep ini terdiri dari tiga wilayah, yaitu Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala, yang masing-masing memiliki fungsi dan makna tertentu.
Desa Penglipuran juga memiliki hutan bambu seluas 45 hektare yang menjadi pelindung desa dan tempat untuk melestarikan warisan dari para leluhur.
Masyarakat Desa Penglipuran juga menjalankan ritual keagamaan yang rutin, seperti “Ngusaba” dan persembahyangan di Pura Penataran. Selain itu, desa ini juga memiliki kuliner khas, seperti Loloh Cemcem dan tipat cantok.
Desa Penglipuran juga memiliki acara tahunan yang disebut Penglipuran Village Festival, yang menampilkan parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, dan berbagai lomba seni budaya.
4. Desa Ngadas, Malang
Sejak tahun 2007 yang lalu, sebuah perubahan besar terjadi di Desa Ngadas Malang. Kini, desa ini telah diubah menjadi tempat wisata yang menawan hati. Apa sebabnya? Tentu saja karena potensi wisata yang memikat hati, seperti Ranupane, Coban Trisula, dan tempat memetik apel yang indah.
Letak Desa Ngadas Malang berada di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS). Berada di atas ketinggian 2.150 meter di atas permukaan laut menjadikan Desa Ngadas Bromo menjadi salah satu desa tertinggi yang ada di Jawa. Tak heran kalau banyak orang menjulukinya sebagai Desa Atas Awan di Malang.
Kisah tentang Desa Ngadas ini dimulai pada tahun 1774 ketika Mbah Sedhek membangun desa ini. Dari desa inilah lahir Suku Tengger yang masih mendiami Ngadas hingga saat ini. Di desa ini, terdapat aturan tak tertulis yang mengatakan bahwa tanah yang dimiliki suku Tengger tidak boleh diperjualbelikan.
Panorama Desa Ngadas Malang begitu memukau. Salah satu jalanan di desa ini bahkan memiliki pemandangan langsung yang menghadap ke Gunung Bromo. Pada pagi hari, kabut tipis yang meliputi desa tersebut menambah suasana yang damai dan sejuk. Desa ini menjadi pintu masuk untuk menuju Gunung Bromo melalui Poncokusumo.
Tak hanya itu, Desa Ngadas Malang juga menjadi contoh bagi kita bahwa perbedaan tidak harus memisahkan. Masyarakat desa ini memeluk agama yang berbeda-beda, dari Islam, Buddha, hingga Hindu. Bahkan ada keluarga yang dalam satu rumah memeluk tiga agama yang berbeda, namun mereka tetap hidup rukun. Masyarakat Ngadas juga masih mempraktikkan ritual dan upacara kuno yang diyakini membawa mereka pada keteraturan, nasib baik, dan kemakmuran.
Bahkan bagi wisatawan yang datang ke sini, Desa Ngadas Malang dapat membuat hati terkesan. Pemandangan alam yang menawan, udara yang sejuk, suasana pedesaan yang tenang, banyak spot foto yang indah, masyarakat yang ramah, serta budaya yang masih kental, semuanya akan membuat perjalananmu terasa istimewa.
Yuk, jangan ragu untuk mengunjungi Desa Ngadas Malang. Raihlah kenangan yang tak akan pernah terlupakan dari tempat yang begitu indah ini.
Social Footer