Sambangdesa.com / Kediri – Di Rumah Kompos Kemuning, Lingkungan Muning, Kelurahan Lirboyo, sebuah gerakan sederhana namun penuh makna mengubah pandangan warga terhadap sampah rumah tangga. Melalui kegiatan yang digelar Pokmas Lirboyo Mapan, masyarakat diajak melihat bahwa sampah bukan sekadar limbah, melainkan sumber daya yang jika dikelola dengan kreativitas dapat memberikan manfaat berlipat, termasuk memperkuat ketahanan pangan keluarga.
Wakil Wali Kota Kediri, Qowimuddin Thoha, membuka acara dengan pesan yang lugas dan membumi. Ia menegaskan bahwa persoalan sampah bukan hanya masalah Kota Kediri, melainkan tantangan lintas wilayah yang membutuhkan peran aktif masyarakat. “Kita tidak bisa menyerahkan sepenuhnya urusan sampah hanya kepada pemerintah. Tidak bisa,” ujarnya, menggarisbawahi pentingnya kerja sama mulai dari tingkat RT, RW, hingga kelurahan, Sabtu (15/11/2025).
Gus Qowim, sapaan akrabnya, memandang Pokmas Lirboyo Mapan sebagai contoh nyata bagaimana perubahan besar bisa dimulai dari skala terkecil dalam kehidupan sehari-hari. “Saat kreativitas bersanding dengan inovasi, sampah bisa menjadi dua sisi mata uang: masalah jika dibiarkan, tetapi sumber nilai jika dikelola,” katanya.
Ia optimistis jika gerakan ini dijaga konsistensinya, Lirboyo bisa menjadi pilot project yang menginspirasi wilayah lain. Konsep ketahanan pangan berbasis pengelolaan sampah ini sejalan dengan visi Kota Kediri yang ingin mendorong produktivitas, kemandirian, dan kreativitas warganya.
Sujiman, pegiat lingkungan sekaligus narasumber pelatihan, memberikan pemahaman teknis dengan gaya sederhana. Ia mempraktikkan cara mengolah sampah organik menjadi kompos, pupuk alami yang menyehatkan tanah dan tanaman. Selain itu, Sujiman memperkenalkan inovasi mengubah botol air mineral bekas menjadi sapu yang fungsional dan tahan lama. Produk ini bahkan sudah menjadi suvenir khas yang diminati dalam studi banding dari berbagai daerah.
Tak hanya itu, Sujiman menunjukkan bagaimana galon bekas air mineral bisa dialihfungsikan menjadi pot tanaman, menggantikan polybag plastik. Dengan kompos buatan sendiri dan pot sederhana, warga bisa memulai ketahanan pangan dari rumah mereka masing-masing.
Meski teknik membuat kompos dan produk daur ulang cukup mudah, tantangan terbesar terletak pada mengubah kebiasaan memilah sampah. “Membangun budaya memilah sampah memang butuh komitmen,” kata Sujiman. Namun, antusiasme warga Lirboyo yang hadir hari itu menjadi tanda bahwa perubahan sedang tumbuh dan berakar.
Di sela pelatihan, Kasat Narkoba Polres Kediri Kota, AKP Endro Purwandi, hadir memberikan edukasi mengenai jenis-jenis narkoba dan bahaya penyalahgunaannya. Ia menekankan bahwa bercocok tanam dan menjaga lingkungan adalah solusi strategis dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. Langkah ini memperkuat upaya warga tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga melindungi keluarga dari ancaman sosial yang tersembunyi.
Gerakan pengelolaan sampah rumah tangga di Lirboyo menunjukkan bahwa ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan bisa dimulai dari hal sederhana di sekitar kita. Ketika kreativitas dan kesadaran masyarakat bersatu, sampah bukan lagi beban, melainkan aset bernilai.

Social Footer