Breaking News

Desa Timpik Kembangkan Wisata Edukasi Pertanian Modern

Sambangdesa.com / Semarang - Ketika lahan kas desa yang kurang produktif menjadi tantangan, pemuda Dusun Geneng, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, mengambil inisiatif kreatif. Mereka mengubah dua hektare tanah itu menjadi taman bunga yang memukau dan viral di media sosial, sekaligus menjadi destinasi wisata edukatif berbasis pertanian modern.

Muhamad Irsyadi (23), bersama koleganya Didik Setiawan, Wakil Ketua Umum Pemuda Tani HKTI, memprakarsai konsep The Green Farm. Mereka berkolaborasi untuk mengembangkan lahan desa yang sebelumnya kurang produktif menjadi agrobisnis yang inovatif dan menguntungkan.

“Awalnya kami berpikir bagaimana memanfaatkan tanah kas desa supaya lebih bermanfaat dan bisa menarik pengunjung,” ujar Irsyadi.

Melalui pembelajaran secara autodidak dan diskusi intensif, mereka mendatangkan bibit bunga celosia (Celosia argentea) dan bunga matahari (Helianthus annuus). Meskipun tanaman ini biasanya tumbuh di dataran tinggi, mereka berhasil menanamnya di daerah kering Dusun Geneng dengan sistem pengairan cermat dan pemenuhan sinar matahari optimal.

Tanaman bunga ditata sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat berjalan di antara lorong warna-warni yang memanjakan mata, dengan latar belakang megah Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Spot foto, arena bermain, dan fasilitas outbound juga melengkapi taman bunga ini agar pengunjung mendapatkan pengalaman menyenangkan dan edukatif.

The Green Farm mulai beroperasi sejak beberapa waktu lalu di Dusun Geneng, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Dengan tarif masuk awal Rp 5.000 per orang, taman ini langsung menarik hingga 2.000 pengunjung setiap akhir pekan. Harga tiket kemudian disesuaikan menjadi Rp 8.000, termasuk bonus air mineral, namun antusiasme pengunjung tetap tinggi.

Selain sebagai destinasi wisata, The Green Farm juga berfungsi sebagai sarana edukasi pertanian modern. Anak-anak dan pengunjung diajarkan pentingnya pertanian dan pengelolaan irigasi, termasuk budidaya durian. Inisiatif ini sejalan dengan program pemerintah untuk mendorong ruralisasi ekonomi, yaitu memindahkan sektor produktif ke daerah pedesaan.

Puluhan pemuda desa kini bekerja sebagai perawat tanaman, penjaga, dan pengelola parkir. Warga sekitar juga memperoleh penghasilan tambahan dengan menjual makanan dan minuman kepada pengunjung. Dengan protokol kesehatan ketat selama pandemi Covid-19, wisata ini menjadi alternatif hiburan murah yang aman dan menyenangkan bagi keluarga.

The Green Farm di Desa Timpik adalah contoh nyata bagaimana kreativitas dan kolaborasi pemuda desa mampu mengubah tantangan menjadi peluang ekonomi dan edukasi. Dengan memadukan wisata dan pertanian modern, desa ini tidak hanya melestarikan kearifan lokal tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di daerah pinggiran.

Pengalaman ini membuka jalan bagi desa lain untuk mengadopsi model serupa, menciptakan petani modern yang inovatif dan terintegrasi dengan sektor pariwisata.

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close