Sambangdesa.com / Karangasem - Tidak hanya memiliki pemandangan alam yang indah, Bali juga terkenal dengan adat istiadat dan budayanya yang masih sangat kental. Jika Anda ingin mendalami lebih jauh mengenai adat Bali, Anda dapat mengunjungi Desa Tenganan.
Desa Tenganan, juga dikenal sebagai Tenganan Pegeringsingan, merupakan salah satu desa adat di Bali. Tempatnya berada di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, sekitar 1 jam 30 menit perjalanan dari Kota Denpasar.
Desa Wisata Tenganan telah mendapatkan popularitas di kalangan wisatawan dari dalam dan luar negeri. Lalu, apa daya tarik yang dimiliki oleh Desa Wisata Tenganan? Simak ulasan berikut ini.
1. Awig-awig
Masyarakat Desa Tenganan masih menghormati hukum adat yang dikenal sebagai awig-awig, seperti yang dijelaskan oleh website Kabupaten Karangasem. Salah satu aspek dari hukum adat ini mengharuskan warganya menikah dengan sesama penduduk Desa Tenganan. Jika aturan ini dilanggar, maka orang tersebut akan dikecualikan sebagai anggota krama atau warga desa, dan harus meninggalkan Desa Tenganan.
Menurut Ida Bagus Dharmika dalam sebuah jurnal berjudul "Awig-awig Desa Adat Tenganan Pegringsingan dan Kelestarian Lingkungan: Sebuah Kajian Tentang Tradisi dan Perubahan", awig-awig adalah bentuk hukum tertulis yang berisi pedoman perilaku masyarakat desa, lengkap dengan sanksi yang diberlakukan.
Para leluhur Desa Tenganan merumuskan awig-awig ini sekitar abad ke-11 dan diabadikan dalam sebuah buku suci sepanjang 58 halaman. Aturan-aturan ini tertulis dalam bahasa Bali.
2. Budaya Pra-Majapahit
Desa Tenganan masih mempertahankan budaya masa pra-Majapahit, seperti yang tercatat dalam laman Jejaring Desa Wisata (Jadesta) Kemenparekraf. Oleh karena itu, Desa Tenganan juga dikenal sebagai desa Bali Aga, yang berarti desa kuno atau tua.
3. Perang Pandan
Masyarakat Desa Tenganan memiliki ritual bernama "mekare-kare", yang lebih dikenal sebagai perang pandan. Menurut informasi dari website Kabupaten Karangasem, perang pandan adalah bagian dari rangkaian upacara Ngusaba Sambah yang diadakan setiap bulan Juni selama 30 hari.
Selama upacara ini, perang pandan diadakan 2-4 kali. Lelaki dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa, turut serta dalam perang pandan ini. Mereka menggunakan daun pandan yang dipotong sekitar 30 sentimeter sebagai senjata dan perisai untuk menghindari serangan. Perang pandan disertai dengan irama gamelan khas Desa Tenganan.
4. Ayunan Kayu
Tradisi ayunan kayu dilaksanakan setelah perang pandan, menurut informasi dari website Indonesia Travel. Beberapa gadis Desa Tenganan akan duduk di atas ayunan dengan pakaian tradisional berwarna keemasan.
Ayunan kayu ini akan digerakkan oleh dua pemuda di halaman desa. Tradisi ini melambangkan perputaran kehidupan, kadang di atas dan kadang di bawah.
5. Tenun Gringsing
Desa Tenganan terkenal sebagai produsen kain tenun gringsing yang indah. Nama Gringsing berasal dari kata "gering" yang berarti sakit atau malapetaka, dan "sing" yang berarti tidak, sehingga secara keseluruhan gringsing memiliki makna sebagai penolak bala.
Proses pembuatan tenun gringsing masih dilakukan secara manual dengan menggunakan alat tenun tradisional. Proses ini memakan waktu yang lama, bahkan bisa mencapai tiga tahun, sehingga kain tenun gringsing menjadi langka dan memiliki harga yang tinggi.
Setiap warga Desa Tenganan diwajibkan memiliki kain tenun gringsing, karena digunakan dalam berbagai upacara adat seperti ngaben. Bagi wisatawan yang mengunjungi Desa Tenganan, kain tenun gringsing bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.
6. Pemandangan Alam dan Rumah Adat
Kunjungan ke Desa Tenganan akan memberikan pemandangan alam yang memukau bagi para wisatawan. Di samping itu, rumah adat di Desa Tenganan menjadi daya tarik dan ciri khas tersendiri.
Berdasarkan informasi dari website Indonesia Travel, rumah adat di Desa Tenganan dibangun dari campuran batu merah, batu sungai, dan tanah. Ukuran rumah-rumah ini relatif seragam.
Di dinding rumah warga, terdapat berbagai kerajinan desa seperti ukiran, anyaman, dan kain tenun. Atap rumah yang terbuat dari ijuk juga menambah nilai estetika pada rumah-rumah di Desa Tenganan.
Social Footer