Breaking News

Gubugklakah: Desa di Lereng Bromo yang Menyimpan Pesona dan Cerita

Sambangdesa.com / Malang - Di lereng pegunungan dengan udara sejuk dan lanskap hijau membentang, Desa Gubugklakah di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, bukan hanya sekadar pintu gerbang menuju Gunung Bromo. Kini, desa ini berkembang menjadi destinasi wisata mandiri yang memadukan keindahan alam, agrowisata, dan kearifan budaya lokal—menawarkan pengalaman yang autentik dan menghangatkan hati.

Nama Gubugklakah berasal dari dua kata lokal: gubuk, yang berarti rumah sederhana dari batang pisang, dan klakah, sebutan untuk bambu yang dibelah dua. Legenda setempat bercerita tentang seorang pengembara dari Mataram yang pernah menetap di desa ini, membangun gubuk dari batang pisang yang kemudian diganti bambu. Dari kisah itulah nama Gubugklakah melekat hingga kini.

Pada awal 2000-an, kehidupan masyarakat masih sangat bergantung pada pertanian apel dan hasil hutan seperti kayu bakar. Banyak warga yang bertani sekaligus mencari kayu di kawasan Coban Pelangi, sementara yang lain berprofesi sebagai sales dan kurir dengan medan jalan yang menantang.

Pariwisata belum menjadi fokus utama. Namun, ketika mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Gadjah Mada datang membawa semangat baru, pandangan para pemuda desa pun mulai berubah. Bersama 16 pemuda dari kampung Kertosari, mereka menginisiasi pembentukan Lembaga Desa Wisata (Ladesta) pada 20 Agustus 2010.

Meski menghadapi tantangan dan penolakan, terutama saat hanya satu dari 34 proposal yang disetujui, semangat mereka tak pupus. Titik balik terjadi pada 2012, saat jalur wisata Bromo dari Malang dibuka, membuka peluang bagi Gubugklakah untuk tumbuh sebagai destinasi wisata. Warga mulai aktif menjadi pemandu, menyediakan kuliner khas, dan mengembangkan pengalaman wisata lokal yang memikat.

Terletak di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut, Gubugklakah menawarkan udara segar dengan suhu rata-rata 18-24°C. Jaraknya sekitar 20-25 kilometer dari pusat Kota Malang, hanya satu jam perjalanan, menjadikannya lokasi strategis di jalur utama menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Topografi desa yang bergelombang dan berbukit dengan hutan lindung serta Sungai Amprong memberikan lanskap alami yang memikat. Sungai ini menjadi hulu bagi beberapa air terjun alami, termasuk Coban Pelangi, salah satu ikon wisata desa yang memukau.

1. Coban Pelangi
Air terjun di ketinggian sekitar 1.400 mdpl ini terkenal dengan fenomena pelangi yang muncul saat sinar matahari menyentuh cipratan air di pagi hingga siang hari. Fasilitas lengkap seperti toilet, musala, gazebo, dan parkir memudahkan kunjungan keluarga.

2. Coban Trisula dan Coban Bidadari
Dua air terjun ini menawarkan pengalaman trekking lebih menantang dengan suasana alam yang masih alami dan tenang. Cocok bagi pengunjung yang menginginkan petualangan dan kedamaian.

3. Ledok Amprong
Sungai jernih ini menyediakan area berkemah dan river tubing, ideal untuk wisata keluarga dan kelompok yang ingin dekat dengan alam pegunungan.

4. Agrowisata Apel dan Agro Sapi Perah
Pengunjung dapat memetik apel langsung dari pohonnya, menikmati produk olahan seperti keripik dan sari apel, serta belajar tentang pengelolaan sapi perah. Tersedia homestay dan warung makan lokal yang menambah kenyamanan wisata.

5. Warisan Budaya Lokal
Desa ini kaya akan tradisi suku Tengger, seperti kesenian Bantengan, musik tradisional, bahasa lokal, dan pakaian adat. Meskipun belum rutin dijadwalkan, wisatawan berkesempatan merasakan kedalaman budaya setempat.


Desa Gubugklakah telah meraih berbagai penghargaan, termasuk masuk 300 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021, juara 3 Desa Wisata Nasional 2014, serta Ladesta Gubugklakah sebagai kelompok sadar wisata terbaik nasional. Ini adalah bukti nyata semangat gotong royong dan kerja keras masyarakat dalam mengembangkan desa mereka.

- Akses:
Dari Kota Malang menuju Kecamatan Tumpang, lalu ke Wringinanom dan Poncokusumo. Jalan berkelok dan menanjak sudah beraspal dengan pemandangan pegunungan yang memukau.

- Tiket:
Wisata seperti Coban Pelangi dikenai tiket masuk sekitar Rp 10.000–Rp 15.000. Tarif untuk aktivitas seperti river tubing bervariasi sesuai fasilitas.

- Waktu Terbaik:
Pagi hingga siang hari saat cuaca cerah dan kabut belum turun, cocok untuk menikmati panorama dan pelangi.

- Persiapan:
Bawa pakaian hangat, alas kaki nyaman, serta perlengkapan trekking ringan. Perhatikan kondisi fisik dan bawa obat pribadi, terutama saat musim hujan.


Desa Gubugklakah adalah contoh inspiratif bagaimana sebuah desa di jalur transit menuju destinasi besar seperti Gunung Bromo dan Semeru bisa tumbuh menjadi destinasi wisata mandiri yang kaya akan alam, budaya, dan semangat komunitas. Dengan paduan agrowisata, ekowisata, dan pelestarian kearifan lokal, Gubugklakah menyajikan pengalaman yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyentuh jiwa.

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close