Sambangdesa.com / Minahasa Utara - Desa Palaes, yang terletak di Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, telah meraih penghargaan peringkat ketiga Desa Brilian untuk kawasan Indonesia Timur. Desa ini menawarkan berbagai destinasi wisata menarik, mulai dari hutan mangrove, air terjun, hingga keanekaragaman satwa endemik yang memikat perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Hanya berjarak sekitar satu jam perjalanan dari Manado, Desa Palaes termasuk dalam kawasan Lima Destinasi Wisata Super Prioritas (DPSP) Likupang. Dengan keindahan alam yang asri dan suasana yang menenangkan, desa ini menjadi destinasi populer untuk kegiatan rekreasi dan relaksasi, atau yang kerap disebut “healing”.
Wisatawan mancanegara, khususnya dari Belanda, Prancis, dan Jerman, sering singgah untuk menikmati keindahan alam di desa ini. Sebagai sambutan, pengunjung akan disuguhi landmark khas bertuliskan "Wanua Palaes" yang berarti "Kampung Palaes", lengkap dengan nama-nama para pemimpin desa dari masa ke masa.
Desa Palaes dikenal sebagai desa yang kaya akan sumber daya air, menjadikannya pusat berbagai jenis wisata, seperti Wisata Mangrove, Air Terjun, Agrowisata, Wisata Budaya dan Adat, serta Kolam Ikan Air Tawar.
Wisata Mangrove menjadi daya tarik utama di desa ini. Dibuka pada Desember 2021, kawasan mangrove di sini mencakup luas sekitar 307 hektar. Penelitian yang dilakukan oleh Roni Koneri dan Pience Veralyn Maabua dari Universitas Sam Ratulangi pada 2023 menyebutkan bahwa kondisi hutan mangrove Desa Palaes masih relatif baik, berkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan.
Keberadaan hutan mangrove ini dijaga melalui peraturan desa yang tegas. Masyarakat setempat memahami risiko kerusakan mangrove, baik terhadap lingkungan maupun ekonomi mereka. Oleh karena itu, upaya pelestarian mangrove terus menjadi prioritas.
Salah satu aktivitas yang paling diminati wisatawan adalah menyusuri sungai di tengah hutan mangrove dengan menggunakan perahu. Tarif sewa perahu terjangkau, yakni Rp 350.000 untuk 1 hingga 15 orang dan Rp 500.000 untuk 16 hingga 25 orang.
Perahu-perahu ini dikelola langsung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Palaes dan dikemudikan oleh operator berpengalaman. Perjalanan dengan perahu ini tidak hanya memanjakan wisatawan dengan pemandangan mangrove, tetapi juga dapat membawa pengunjung ke Pulau Paniki, sebuah pulau dengan pantai pasir putih yang menawan. Waktu tempuh menuju Pulau Paniki hanya sekitar 15 menit.
Kepala Desa (Hukum Tua) Palaes, J Grace Morong, menjelaskan bahwa potensi hutan mangrove di wilayahnya sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Namun, baru pada 2021 pengembangan wisata mulai dilakukan secara serius dengan menggunakan dana desa.
“Kami pertama-tama menggunakan dana desa tahun 2021 untuk mengembangkan trekking mangrove. Setelah itu, kami berencana melanjutkannya dengan pengembangan agrowisata, wisata budaya dan adat, serta budi daya kolam ikan air tawar," jelas Grace.
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan popularitas Desa Palaes sebagai destinasi wisata unggulan sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
Social Footer