Sambangdesa.com / Kangean - Ikatan Mahasiswa Kepulauan Kangean (IMAKA Malang) gelar diskusi dengan Dr. Moh. Farid Rahman, S. Si., M.Sc. Abdul Aziz, S. P. Nur Rahmi Zakiyah, S. Sos. Acara dilaksanakan di Hastag Coffe Dau-Malang, Sabtu (6/7/24).
Acara digelar bertujuan untuk mengoptimalisasi Pendidikan sehingga dapat menyongsong Daerah ke ranah yang lebih baik. Ini merupakan bentuk respon terhadap dunia pendidikan yang akhir-akhir ini dinilai kurang optimal dengan segala problematikanya, dalam hal ini juga daerah (kangean khususnya) yang tidak ada habisnya untuk selalu dibahas dan di diskusikan, ini tidak terlepas terhadap persoalan yang terjadi di daerah (kangean khususnya), bahwa rasa-rasanya pergantian kepemimpinan di daerah sumenep tidak kemudian menjadi awal dari segala perbaikan atas perosalan yang terjadi, bahkan akhir-akhir ini marak terjadi persoalan baru di daerah (kangean khususnya) yang kemudian pemerintah setempat masih belum ada kebijakan atau setidaknya memberikan langkah solutif atas peroalan tersebut.
Acara ini diawali oleh Andi Ahmad Aru Palaka sebagai ketua panitia, bahwa Forum istimewa ini merupakan tanggung jawab moral sebagai Insan Akademis, forum ini berharap agar dapat menjadi media untuk berfikir bebas untuk menyampaikan paradigma tentang Pendidikan dan Kedaerahan yang mampu memberikan solusi dan alternatif terhadap dinamika pendidikan dan kedaerahan. Dilanjut oleh Zainul Aziqin sebagai moderator yang memandu jalannya diskusi tersebut.
Dr. Moh. Farid Rahman, S. Si., M.Sc. menyampaikan dalam forum ini bahwa, yang menjadi problem dasar hari ini adalah tentang sumber daya manusia, beliau menilai bahwa sdm yang berada di kepulauan ini cenderung Pragmatis.
Farid menilai ketika membicarakana kabupaten kepulauan harus menganalisi PP 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, ini kemudian dapat dijadikan refleksi untuk kemudian dapat memastikan bahwa kabupaten kepulauan tersebut memang layak dan memenuhi syarat.
Bagi Farid, jika yang menjadi Camat di tiga Kecamatan di kepulauan kangean tersebut masih bukan orang lokal (kangean asli), maka itu juga harus diperhatikan apakah kemudian tidak ada sosok (orang kangean asli) yang memiliki kompetensi dan kapasitas untuk menjadi camat? "Soal pendidikan, apakah kemudian pendidikan di kangean masih mendatangkan tenaga pengajar (guru) ini kemudia harus juga diperhatikan jika kemudian kangean ini memungkinkan untuk menjadi kabupaten kepulauan," urai Farid.
Abdul Aziz, sebagai Narasumber ke dua ini memulai Argumentasi nya dengan sebuah refleksi sejarah revolusi prancis yang dimulai dari warung kopi, ini kemudian yang menjadi preseden untuk berupaya mencita-citakan hal yang sama yang terjadi di francis dikala itu.
"Apakah kemudian para cendikiawan mampu untuk mengikhtiarkan itu, tentu sangat mungkin sekali pungkas dia, tinggal kemudian bagaimana para cendikiawan ini memulai gerakan, sebab jika tidak ada gerakan ke kabupaten misalnya untuk menyual perosoalan di setiap daerah (kangean khusunya), maka seakan-akan terlihat baik-baik saja, meskipun pada faktanya banyak persoalan," ungkap Azis. Aziz kemudian menyoroti pengelolan daerah, dia mencontohkan dengan singapura yang memiliki sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi, hijau dan berkelanjutan. Ini kemudian mampu berkonstribusi untuk mempopulerkan singapura menjadi salah satu negara terbersih di dunia. Abd aziz menilai bahwa pengelolaan seperti hal nya disingapura merupakah salah satu yang paling urgen untuk kemudia juga diimplimentasikan di daerah (kangean khusunya).
Nur Rahmi Zakiyah, secara singkat menyampaikan bahwa, para saudara-saudari untuk tidak mudah terkontaminasi dengan hegemoni yang tidak baik, kebijakan yang tidak baik, agar kemudian tidak mengalami hal-hal yang tidak baik juga. Nur rahmi kemudian menyoroti wacana yang akhir-akhir ini jamak disuarakan, yaitu menuju generasi emas 2045.
"Apakah kemudian gagasan dalam rangka mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi ini para generasi sudah adaptif atau bahkan Diseminasi gagasan itu gencar dilakukan untuk menginspirasi generasi muda agar lebih bersemangat dalam belajar dan berkarya di segala bidang," ucap Rahmi.
"Lalu apakah kemudia dinamika pendidikan seperti misalnya Kemendikbud menilai pendidikan sebagai kebutuuhan tersier, masih banyaknya ketimpangan pendidikan, dan masih kurangnya akses pendidikan yang merata. Ini kemudian menjadi indikator untuk kemudian cita-cita indonesia emas 2045 ini tidak memungkinkan terwujud jika problematika tersebut tidak mendapatkan problem solving," urai Rahmi.
Rahmi mewanti-wanti kepada peserta untuk kemudian menjadi agen of control terhadap kebijakan daerah dan juga agar berupaya untuk menjadi agen of cange untuk daerah.
Raden Sabit Abdullah salah satu peserta dalam kegiatan tersebut, menyampaikan bahwa perosalan di daerah (kangean khusus nya) tidak hanya pada persoalan infrastruktur tapi juga pada tenaga kesehatan, sebab minimnya tenaga medis dikangean memiliki dampak yang sangat signifikan bagi kesehatan dalam hal ini adalah proses penyembuhan melalui tenaga medis, sebab sudah banyak peristiwa seperti orang sakit meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit di sumenep karena rumah sakit di kangean sudah tidak mampu untuk menanganinya.
"Harus ada akses yang solutif terhadap persoalan ini, entah itu penambahan tenaga medias atau akses yang lebih memungkinkan untuk lebih cepat menuju rumah sakit yang dituju," ucao Raden.
Sementara, Moh. Ahsin Nawali, Ketua Umum IMAKA juga menyampaikan secara singkat, bahwa Problematika dasar yang kemudian tidak ada habisnya untuk dibahas adalah tentang Sumber Daya Manusia.
"Semuanya bergantung terhadap kemampuan SDM. Ini kenapa kemudian SDM menjadi faktor yang paling fundamental dalam hal apapun. Pendidikan yang baik dinilai sebagai sarana yang cocok untuk memungkin untuk menghadirkan wujud peradaban," pungkas Ahsin.
Social Footer