Sambangdesa.com / Sambas - Desa Wisata Tenun terletak di Desa Sumber Harapan, Sambas, Kalimantan Barat, merupakan salah satu daerah terluar Indonesia yang tidak tertinggal dalam pembangunan.
Desa ini menunjukkan kemandiriannya dalam pembangunan, yang tercermin dari keberadaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) tingkat tiga.
Dengan luas wilayah mencapai 22,56 km persegi, Desa Wisata Sumber Harapan terbagi menjadi tiga dusun: Sembarang 1, Sembarang II, dan Solor Medan.
Populasinya sekitar 2616 jiwa, mayoritasnya adalah petani dan pekerja perkebunan, dengan jagung sebagai komoditas utama.
Selain bertani, keahlian menenun menjadi keunggulan yang dimiliki warga setempat. Masyarakat Desa Wisata Sumber Harapan menghasilkan tenunan berkualitas tinggi, dengan mayoritas warga mahir dalam teknik motif dan penenunan.
Desa ini terkenal dengan lebih dari 100 jenis tenun songket khas Sambas, dengan motif terkenal seperti Pucuk Rebung yang menggambarkan kemuliaan dan keagungan.
Berbekal potensi ini, Pemerintah Kabupaten Sambas menjadikan desa tersebut sebagai Desa Wisata Budaya Tenun pada tahun 2018. Wisata tenun di Desa Sumber Harapan terus berkembang dan semakin dikenal luas.
"Pengelola Desa Wisata Budaya Tenun, Pahima, menjelaskan bahwa warisan menenun di Desa Sumber Harapan telah ada sejak lama, dengan mayoritas perempuan di sini memiliki keahlian menenun dengan kualitas terbaik," ujarnya, Sabtu (4/4/24).
Para pengunjung yang datang ke Desa Wisata Budaya Tenun tidak hanya dapat menyaksikan keindahan kain songket yang dihasilkan oleh para pengrajin tenun, tetapi juga berkesempatan untuk merasakan pengalaman menarik dalam membuat Kain Songket Khas Sambas dengan melakukan penenunan sendiri.
Kunjungan ke destinasi wisata Budaya Tenun akan memberikan para wisatawan pengetahuan lengkap tentang proses menenun kain songket, mulai dari tahap awal hingga menjadi kain tenun yang siap digunakan.
Mereka akan diajak untuk mempelajari berbagai teknik menenun kain songket, termasuk memintal benang, menenun kain, mengani benang, menata benang, hingga tahap paling sulit yaitu menyongket kain sehingga terbentuk motif kain songket yang indah.
"Para wisatawan yang tertarik untuk mencoba akan diberikan pengetahuan dasar dalam menenun. Kelompok tenun akan dengan senang hati memberikan bimbingan agar para wisatawan dapat mencoba menenun dengan tepat." tegas Pahima.
Para pengunjung yang ingin menyaksikan hasil tenunan dari warga Desa Wisata Budaya Tenun dapat mengunjungi Gazebo tenun. Gazebo Tenun adalah struktur bangunan yang masih mempertahankan nuansa tradisional, dengan deretan plakat di depannya.
Ketika memasuki Gazebo Tenun, para wisatawan akan disuguhi pemandangan berbagai jenis tenunan dengan motif yang beragam. Bangunan Gazebo Tenun yang terapung di atas tanah memberikan pengalaman unik bagi para pengunjung. Mereka bisa menikmati panorama aliran rawa yang terbentang di bawah bangunan gazebo.
Pahima menjelaskan, "Para wisatawan dapat menjelajahi Gazebo Tenun yang terletak di atas lembah, yang dipenuhi dengan berbagai motif kain tenun di dalamnya. Bagi yang tertarik, para wisatawan juga bisa langsung membelinya."
Desa Wisata Budaya Tenun dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ketunjung, yang terdiri dari 33 anggota.
Setiap hari, Pokdarwis ini memberikan layanan kepada para wisatawan yang berkunjung. Selain memberikan informasi, mereka juga menawarkan kain tenun kepada wisatawan untuk dibeli.
Pemerintah Desa Sumber Harapan juga aktif dalam mengembangkan pariwisata di wilayahnya. Mereka terlibat dalam pembinaan pengelolaan wisata Budaya Tenun.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sambas juga berperan dalam mendukung keberadaan wisata Budaya Tenun. Mereka memberikan dukungan pendanaan dan melakukan promosi pariwisata untuk meningkatkan eksposur wilayah tersebut hingga ke tingkat internasional.
Desa Wisata Budaya Tenun buka setiap hari, tetapi tempat produksi dan pembelajaran menenun hanya tersedia untuk pengunjung dari pukul 09.00 hingga 14.00 WIB.
Bagi pengunjung yang ingin menikmati pameran hasil tenunan di Gazebo tenun, mereka dapat menghabiskan waktu lebih lama. Pengelola membuka destinasi Gazebo Tenun hingga pukul 22.00 WIB.
Untuk mengakses kegiatan wisata di Desa Wisata Tenun, harga ditetapkan untuk setiap tahapannya. Harga belajar setiap teknik menenun relatif terjangkau, dengan biaya sebesar Rp 10 ribu per tahap.
Pahima menambahkan, "Hingga saat ini, belum dikenakan biaya tiket masuk untuk masuk ke Desa Wisata Budaya Tenun. Namun, pada acara khusus, pengunjung kemungkinan akan dikenakan biaya parkir dan kebersihan."
Desa Wisata Budaya Tenun terletak di utara Kota Sambas, dengan jarak sekitar 30 km dari Desa Sumber Harapan. Bagi wisatawan yang tinggal di Kota Sambas, perjalanan bisa ditempuh dengan mobil atau sepeda motor dalam waktu sekitar 30 menit.
Bagi wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Kalimantan Barat atau bahkan luar Pulau Kalimantan, perjalanan biasanya dilakukan melalui transportasi udara.
Mereka dapat terbang ke Bandara Internasional Supadio di Kota Kubu Raya, yang merupakan bandara terdekat yang melayani rute tersebut. Setibanya di Kota Kubu Raya, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan ke Desa Sumber Harapan.
Perjalanan dari Desa Kubu Raya ke Desa Sungai Harapan biasanya dilakukan dengan menggunakan mobil, dengan perkiraan waktu tempuh sekitar empat jam.
Setiap tahun, Desa Wisata Budaya Tenun didatangi oleh wisatawan dalam jumlah yang bervariasi. Meskipun begitu, setiap tahunnya jumlah pengunjung terus meningkat.
Pengelola mencatat bahwa pada tahun 2020, jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Budaya Tenun mencapai 400 orang. Angka tersebut meningkat menjadi 500 orang pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2021.
Pada tahun 2022, jumlah kunjungan wisatawan kembali mengalami peningkatan, mencapai 600 orang. Namun, kenaikan signifikan terjadi pada tahun 2023, di mana jumlah kunjungan mencapai 2700 orang.
"Peningkatan kunjungan yang drastis terjadi setelah adanya event tertentu, sementara sisanya adalah kunjungan reguler, seperti dari sekolah atau instansi pemerintah," jelas pengelola.
Desa Wisata Budaya Tenun mencatat omset yang cukup menggembirakan. Pada tahun 2020, pengelola mencatat pendapatan sebesar Rp 3 juta setelah terjadinya pandemi Covid-19.
Omset dari sektor wisata tenun mengalami peningkatan pada tahun 2021, dengan pendapatan naik menjadi Rp 4 juta. Kemudian, pada tahun 2022, omset kembali meningkat menjadi Rp 8 juta.
Namun, kenaikan omset yang signifikan terjadi pada tahun 2023, di mana pendapatan mencapai Rp 12 juta menurut catatan pengelola.
"Pendapatan tersebut berasal dari penjualan kain tenun dan kunjungan wisatawan," ungkapnya.
Social Footer