Breaking News

Tragedi Pilu Sinila dan Hilangnya Desa Kepucukan Dari Peta Administratif

Tragedi Pilu Sinila dan Hilangnya Desa Kepucukan Dari Peta Administratif
Sambangdesa.com / Banyumas - Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang menawan, tetapi juga menyimpan kisah tragis dari Desa Kepucukan. Jika dicari di peta, nama dan lokasi Desa Kepucukan di Dieng tidak akan ditemukan lagi.

Desa Kepucukan telah dihapus secara administratif setelah dinyatakan tidak layak huni pasca-tragedi Sinila tahun 1979. 

Tragedi ini tercatat sebagai salah satu bencana alam terbesar yang disebabkan oleh gas beracun. Kini, lokasi bekas Desa Kepucukan menjadi zona merah dengan risiko tinggi apabila Kawah Sinila dan Kawah Timbang kembali aktif.

Sebelum tragedi, Desa Kepucukan dihuni beberapa kepala keluarga dan berada dalam wilayah administratif Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. 

Jaraknya kurang dari satu kilometer dari Kawah Sinila dan dekat dengan Kawah Timbang. Saat itu, warga tidak menyadari ancaman gas mematikan yang akan menjadi bencana.

Menurut arsip Harian Kompas, sedikitnya 150 orang meninggal pada tragedi yang terjadi Selasa pagi, 20 Februari 1979, karena menghirup gas beracun dari aktivitas vulkanik Dieng (Kompas, 22 Februari 1979). Tragedi tersebut dikenang sebagai Tragedi Sinila.

Kronologi Tragedi Sinila dimulai dengan letusan Kawah Sinila pada pukul 05.04 WIB, diikuti oleh terbentuknya kawah baru sekitar 250 meter di barat Kawah Sinila. Kawah baru ini, dinamai Kawah Sigludug, mulai mengeluarkan asap pada pukul 06.50 WIB.

Letusan freatik Kawah Sinila mengeluarkan sekitar 200.000 ton gas karbon dioksida (CO2) murni dengan cepat. Gas ini menuruni lereng, menyingkirkan oksigen (O2). 

Penduduk dari enam desa segera diungsikan, tetapi warga Desa Kepucukan terjebak oleh aliran gas dari Kawah Sinila dan Kawah Sigludug. Banyak yang tewas karena kekurangan oksigen. Evakuasi korban memakan waktu beberapa hari (Kompas, 25 Februari 1979).

Menurut Rencana Kontijensi Gas Beracun Erupsi Gunung Api Dieng yang dirilis BPBD Jateng pada 2019, Tragedi Sinila dimulai dengan letusan pada tengah malam pukul 01.55 WIB, disertai suara ledakan dan gempa bumi. Sebanyak 149 orang meninggal dan 15.000 warga Dieng dari enam desa harus diungsikan.

Arsip Harian Kompas, 22 Februari 1979, menyebutkan seorang pejabat Desa Kepucukan berusaha mengumpulkan dan memimpin warga untuk mencari jalan keluar. Berkat bantuannya, sebagian penduduk berhasil menyelamatkan diri melalui bukit dan jalan setapak. Namun, mereka yang tertinggal dipastikan tewas karena gas beracun.

Pascakejadian, lokasi Desa Kepucukan yang sulit diakses membuat upaya penyelamatan sulit dilakukan. Gas beracun masih terdeteksi hingga sebulan setelahnya.

Menurut TribunBanyumas.com, lokasi Desa Kepucukan tidak lagi ditemukan karena dihapus secara administratif. Nama Desa Kepucukan juga tidak lagi dikenal warga Dieng.

Menurut Kompas.id, Desa Kepucukan dinyatakan tidak layak huni akibat gas beracun. Banyak warga direlokasi ke sekitar Kecamatan Batur atau mengikuti program transmigrasi. Kini, nama dan lokasi Desa Kepucukan hanya diingat oleh korban selamat, saksi mata, dan warga yang pernah mendengar tentang tragedi tersebut.

Menurut Portal Literasi Sejarah Bencana BNPB, Tragedi Sinila menginspirasi Ebiet G Ade menciptakan lagu "Berita kepada Kawan". Lagu yang dirilis pada 1979 ini mengisahkan kejadian menyedihkan warga Desa Kepucukan, Batur, Banjarnegara, yang meninggal terkena gas beracun.

Lagu ini menceritakan seseorang yang mengunjungi tempat yang baru saja dilanda bencana dan menemukan banyak orang kehilangan keluarganya, seperti seorang anak yang kehilangan kedua orang tuanya. Hal ini tergambar dalam bait lirik "bapak ibunya telah lama mati ditelan bencana tanah ini".

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close