Sambangdesa.com / Lampung - Lebih dari sekadar pemandangan yang menenangkan, keindahan alam Desa Kelawi di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan menawarkan pengalaman petualangan yang memikat.
Pelancong dari Jakarta tidak perlu menempuh perjalanan jauh untuk mencapai Desa Kelawi, karena desa ini dapat dijangkau dalam waktu singkat dari Pelabuhan Bakauheni. Jaraknya hanya sekitar 10 kilometer atau sekitar 15 menit berkendara melalui jalur lintas Sumatera.
Setelah melewati jalan berbukit dan berkelok yang dikelilingi perkebunan, pengunjung akan disambut oleh pasir putih Pantai Minang Rua, yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Selain keramahan penduduk Desa Kelawi, pantai ini juga terkenal dengan kebersihan pasir putihnya yang terjaga dengan baik.
Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan didorong melalui program Bank Sampah yang dikelola oleh badan usaha milik desa (BUMDes) Kelawi Mandiri. Program ini telah berhasil mendorong warga desa untuk bergotong royong menjaga kebersihan Pantai Minang Rua dan seluruh wilayah desa.
Sekretaris BUMDes Kelawi Mandiri, Rian Haikal, menjelaskan bagaimana program Bank Sampah dimulai di desa mereka. Inisiatif ini lahir dari keinginan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan.
"Masyarakat mengumpulkan sampah yang bisa dijual, lalu kami tim pengelola mengunjungi, menimbang, dan membayar mereka melalui tabungan," ujar Rian kepada media.
Selain sektor pariwisata, Desa Kelawi juga unggul dalam agrowisata. Inovasi pertanian di desa ini melahirkan varietas alpukat terbaru, yaitu alpukat sipit Kelawi, yang telah mendapatkan hak paten dan sertifikasi.
Selama 15 tahun, Syahbana, seorang petani sekaligus ketua kelompok tani di Desa Kelawi, telah membudidayakan alpukat sipit Kelawi. Varietas ini merupakan hasil pengembangan dari jenis alpukat lainnya.
Di lahan seluas 3 hektar, Syahbana dapat memanen lebih dari 60 ton alpukat dalam satu musim dari 25 jenis alpukat yang ditanamnya. Keberhasilan ini didorong oleh peran BUMDes Kelawi dalam memperkenalkan dan mendistribusikan produk ini ke masyarakat luas.
Keunggulan alpukat sipit Kelawi terletak pada daging buahnya yang tebal dan rasanya yang manis, legit, dan pulen dibandingkan varietas lain. Harga jual alpukat ini mencapai Rp 20.000 per kilogram.
Syahbana mengungkapkan bahwa hasil panen alpukat sipit Kelawi sangat menguntungkan dan memberikan nilai ekonomi lebih bagi keluarganya. Budidaya alpukat juga relatif cepat, hanya membutuhkan waktu kurang dari dua tahun dari bibit.
Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, Syahbana memulai program menanam pohon alpukat sipit Kelawi di setiap rumah. Dengan dukungan karang taruna, ia telah membagikan 800 bibit alpukat kepada warga Desa Kelawi. Syahbana berharap program ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
"Di desa kami, kami menerapkan program satu kepala keluarga menanam dua pohon alpukat sipit Kelawi, agar masyarakat juga mengetahui nilai jual alpukat tersebut," jelas Syahbana.
Saat ini, Syahbana bersama BUMDes Kelawi sedang mencari cara untuk meningkatkan produksi alpukat sipit Kelawi. Mereka juga melakukan penelitian untuk memastikan jenis alpukat ini dapat dipanen lebih dari tiga kali dalam setahun.
Rian, sebagai pengurus BUMDes, mengakui potensi ekonomi alpukat bagi masyarakat desa. Dengan program Satu Kepala Keluarga Dua Pohon Alpukat, diharapkan wisatawan dapat merasakan langsung kelezatan alpukat asli dari desa ini.
"Ketika wisatawan datang ke Kelawi, mereka bisa melihat pohon alpukat di halaman rumah. Kami akan memetik dan menjual buahnya kepada wisatawan saat berbuah," kata Rian.
Upaya BUMDes Kelawi bersama masyarakat untuk mengembangkan potensi dan inovasi melalui program penanaman alpukat dan bank sampah telah membuahkan hasil yang menggembirakan.
Social Footer