Sambangdesa.com / Rejang Lebong - Menyusuri jejak sejarah dan budaya di wilayah Rejang Lebong, Desa Cawang Lama menghadirkan pesona yang tak lekang oleh waktu. Di tengah lanskap alam yang asri dan tradisi yang kental, kawasan ini mengundang siapa saja untuk mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Rejang yang sarat makna.
Sejarah panjang Cawang Lama bermula dari komunitas masyarakat yang pada awal tahun 1800-an menetap di kawasan Cawang Lekat, sebelum akhirnya berpindah ke Cawang An dan kemudian ke Cawang Lama. Nama “Cawang” sendiri berasal dari istilah lokal yang berarti cabang jalan—merujuk pada posisi strategis desa di simpang jalur Lubuk Linggau menuju Bengkulu.
Pada masa awal, kepemimpinan dipegang oleh para Bepatei, sebelum kemudian muncul istilah Ginde. Tercatat tujuh Bepatei berperan penting dalam sejarah desa ini: Lang Reges, Bia Peing, Uben, Jenaris, Jenas, Ubung, dan Sain. Keturunan mereka kemudian menyebar ke berbagai wilayah seperti Sadei Lama, Curup Lama, Talang Limbau Lama, Air Putih Lama, hingga Cawang Baru.
Saat menetap di Cawang Lama, masyarakat mulai menerapkan pola hidup menetap dengan bercocok tanam sebagai sumber penghidupan utama. Komoditas utama kala itu meliputi tembakau, kopi, dan padi ladang. Sawah baru mulai dibuat di kawasan Kejalo pada tahun 1937, berkat inisiatif pemerintah kolonial Belanda yang memperkenalkan sistem irigasi pertama di wilayah ini. Proses pertanian sudah mulai dilakukan secara individu dengan peralatan sederhana seperti cangkul, parang bengkok, dan arit.
Sebagian besar penduduk Desa Wisata Cawang Lama berasal dari Suku Rejang, yang sangat menjunjung tinggi adat dan budaya leluhur. Salah satu kebanggaan budaya setempat adalah Silat Pat Petulai, seni bela diri tradisional yang diakui sebagai bagian penting dari identitas Rejang. Desa ini dikenal sebagai salah satu pusat pengembangan Silat Pat Petulai, yang diwariskan secara turun-temurun melalui generasi.
Tari Kejei menjadi ikon kesenian Suku Rejang, selalu hadir dalam upacara kejei—hajatan terbesar yang hanya diadakan oleh keluarga mampu. Upacara ini ditandai dengan pemotongan kerbau, kambing, atau sapi sebagai bagian dari ritualnya. Tarian yang dimainkan oleh para muda-mudi di pusat desa pada malam hari ini diiringi alat musik bambu seperti kulintang, seruling, dan gong.
Catatan sejarah menyebutkan Tari Kejei pertama kali didokumentasikan oleh pedagang Pasee, Hassanuddin Al-Pasee, pada tahun 1468. Versi lain menyebutkan Fhathahillah Al Pasee yang berkunjung pada 1532. Tradisi ini dipercaya sudah ada sebelum kedatangan para biku dari Majapahit, yang kemudian memperkenalkan alat musik logam. Durasi upacara kejei bisa sangat panjang, hingga sembilan bulan lamanya.
Tari Kejei diyakini masyarakat sebagai tarian sakral yang mengandung nilai mistik, hanya dipentaskan dalam acara penting seperti penyambutan tamu, perkawinan, dan upacara adat marga.
Kekayaan budaya Rejang juga terlihat dalam Batik Kaganga. Motif batik ini banyak menampilkan tumbuh-tumbuhan khas daerah Rejang, peralatan tradisional, serta rumah adat. Uniknya, aksara Kaganga—salah satu aksara tertua di dunia—sering diselipkan dalam motif batik sebagai bentuk pelestarian bahasa nenek moyang. Hingga kini, aksara ini masih digunakan oleh para tetua di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Lebong, dan Kepahiang.
Desa Wisata Cawang Lama menawarkan pengalaman wisata alam yang lengkap dan aman bagi keluarga. Sungai Musi yang jernih menjadi pusat berbagai aktivitas seperti river tubing, camping ground, hingga campervan ground. Pengunjung dapat menikmati pengalaman berkemah di pinggir sungai dengan fasilitas persewaan perlengkapan camping dan berbagai pilihan paket wisata, lengkap dengan api unggun dan barbeque.
River tubing menjadi salah satu aktivitas favorit, dengan pilihan rute beragam dan pengawasan ketat dari pemandu wisata serta pos-pos pengamanan. Penggunaan alat keselamatan diwajibkan untuk jarak tempuh di atas 100 meter, memastikan keamanan setiap pengunjung.
Bagi pencinta petualangan, Paket Jelajah Secret Place menawarkan pengalaman berbeda. Pengunjung akan diantar menuju lokasi tersembunyi di sepanjang Sungai Musi, menyaksikan langsung keindahan alam dan derasnya aliran air dari mata air pegunungan.
Tak lengkap rasanya berkunjung ke Cawang Lama tanpa mencicipi kuliner khas Suku Rejang dan menyaksikan pertunjukan Silat Pat Petulai yang sarat makna. Pengalaman budaya ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin mengenal lebih dekat tradisi Rejang.
Cawang Lama bukan sekadar destinasi wisata, melainkan ruang hidup yang menyatukan sejarah, budaya, dan keindahan alam dalam harmoni. Melalui pelestarian tradisi dan pengembangan wisata berbasis kearifan lokal, desa ini mengajak pengunjung untuk merenungkan pentingnya menjaga warisan leluhur sekaligus menikmati pesona alam yang masih lestari.

Social Footer