Breaking News

Pelestarian Mangrove dan Ekonomi Desa Berakit

Pelestarian Mangrove dan Ekonomi Desa Berakit
Sambangdesa.com / Bintan - Desa Berakit, yang terletak di Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, tengah berupaya mengembangkan ekonomi masyarakat melalui pelestarian hutan mangrove dan pengembangan sektor pariwisata.

Pada Selasa (11/3/2025), perjalanan menuju desa ini yang berjarak 49 kilometer dari Tanjungpinang diiringi langit biru dan awan putih, menambah daya tarik wilayah yang dikenal sebagai permata yang tersembunyi.

Desa Berakit tidak hanya dikenal akan keindahan alam dan wisata baharinya, tetapi juga sebagai tempat tinggal bagi masyarakat nelayan yang kini menghadapi tantangan akibat kerusakan ekosistem mangrove. Seiring dengan berkembangnya sektor pariwisata, masyarakat nelayan mulai kesulitan dalam mendapatkan tangkapan ikan, terutama karena rusaknya hutan mangrove akibat pembangunan dan aktivitas ekonomi.

Kerusakan hutan mangrove di Desa Berakit disebabkan oleh aktivitas pembangunan yang masif di sektor pariwisata dan oleh masyarakat yang memanfaatkan kayu bakau sebagai sumber ekonomi. Yayasan Ecology Kepulauan Riau (YEKR) mencatat bahwa setidaknya ada 64 hektare hutan mangrove yang perlu direhabilitasi di desa ini.

Perubahan paradigma tentang pentingnya menjaga hutan mangrove mulai dirasakan oleh masyarakat, terutama nelayan perempuan. Monika (53), seorang nelayan, mengungkapkan, “Dahulu, saya bekerja di dapur arang dengan penghasilan yang cukup. Namun, sejak pemerintah melarang penebangan hutan bakau, dapur arang ditutup, dan kami beralih melaut.”

Kini, perempuan di Desa Berakit berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan pekerja. Mereka terlibat dalam pelestarian mangrove dengan bantuan Yayasan Care Peduli (Care Indonesia). Sejak Agustus 2024, program ini telah berhasil menyemai 50 ribu bibit mangrove yang siap ditanam pada April 2025.

Inisiatif ini semakin didukung setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan kawasan konservasi perairan di wilayah timur Pulau Bintan seluas 138.561,42 hektare pada tahun 2022. Selain itu, perempuan Desa Berakit juga dilatih dalam keterampilan baru, termasuk membatik menggunakan pewarna alami dari batang pohon bakau. Produk batik ini memiliki potensi tinggi untuk dipasarkan sebagai cinderamata bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Dampak dan Harapan

Masyarakat Desa Berakit mengakui pentingnya mangrove sebagai ekosistem yang mendukung kelangsungan hidup mereka. Sekretaris Desa Berakit, Masrullaah, menegaskan bahwa perempuan di desa ini aktif dalam musyawarah desa dan berperan dalam peningkatan perekonomian. CEO Care Indonesia, Abdul Wahid, menekankan, “Kami ingin Desa Berakit menjadi pusat perekonomian wisata. Ekonomi wisata dapat bertumbuh jika alamnya tetap dijaga, terutama hutan mangrove.”

Dengan dukungan dari berbagai pihak dan semangat masyarakat, Desa Berakit berkomitmen untuk menjaga kelestarian alam sambil mengembangkan ekonomi berbasis wisata yang ramah lingkungan.

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close