Warga desa, termasuk pengrajin dan pekerja, terlibat dalam proses produksi kolang-kaling. Salah satu warga, Tumini, menjelaskan bahwa dalam sehari, pekerja dapat membersihkan hingga 25 kilogram kolang-kaling dengan upah Rp 2.000 per kilogram.
"Biasanya sehari bisa membersihkan kolang-kaling dengan mendapatkan upah Rp 25 ribuan," ujarnya pada Rabu, 5 Maret 2025.
Kolang-kaling yang diproduksi di desa ini biasanya dipasarkan ke pedagang atau dijual langsung kepada konsumen. Tumini menambahkan bahwa permintaan kolang-kaling di bulan Ramadan tidak pernah sulit.
"Selain dari pengepul, banyak warga berdatangan langsung ke tempat produksi," katanya.
Selama bulan Ramadan, produksi kolang-kaling mengalami peningkatan. Warsinem, seorang pengrajin, menyebutkan bahwa sehari ia bisa memproduksi lebih dari 1 kwintal kolang-kaling dengan bantuan enam tetangga.
"Semua yang kerja tetangga rumah, pemberdayaan aja, kalau lagi banyak orderan pasti kita manggil," ujarnya.
Produksi kolang-kaling di Desa Panyutran berfokus pada kebun pohon kolang-kaling yang terletak di area pegunungan Pangandaran. Meskipun pohon penghasil kolang-kaling di wilayah ini mulai berkurang, masih banyak ditemukan di lokasi pegunungan. Meskipun jarak ke kebun cukup jauh dari pemukiman, warga setempat sudah terbiasa melakukan perjalanan untuk mengambil bahan baku.
Meskipun permintaan tinggi, Warsinem mengakui bahwa mencari bahan baku kolang-kaling kini lebih sulit dibandingkan sebelumnya.
"Karena tidak seperti dulu, melimpah; sekarang sudah banyak pohon yang ditebang," katanya.
Harga kolang-kaling saat ini dijual Rp 10.000 per kilogram, dengan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar. Warsinem menambahkan bahwa keuntungan dari penjualan kolang-kaling membantu perekonomian keluarganya selama Ramadan.
"Meskipun tak pernah menghitung untung bersihnya, alhamdulillah untuk menghidupi keluarga saya sendiri cukup," ujarnya.
Kolang-kaling yang diproduksi di desa ini biasanya dipasarkan ke pedagang atau dijual langsung kepada konsumen. Tumini menambahkan bahwa permintaan kolang-kaling di bulan Ramadan tidak pernah sulit.
"Selain dari pengepul, banyak warga berdatangan langsung ke tempat produksi," katanya.
Selama bulan Ramadan, produksi kolang-kaling mengalami peningkatan. Warsinem, seorang pengrajin, menyebutkan bahwa sehari ia bisa memproduksi lebih dari 1 kwintal kolang-kaling dengan bantuan enam tetangga.
"Semua yang kerja tetangga rumah, pemberdayaan aja, kalau lagi banyak orderan pasti kita manggil," ujarnya.
Produksi kolang-kaling di Desa Panyutran berfokus pada kebun pohon kolang-kaling yang terletak di area pegunungan Pangandaran. Meskipun pohon penghasil kolang-kaling di wilayah ini mulai berkurang, masih banyak ditemukan di lokasi pegunungan. Meskipun jarak ke kebun cukup jauh dari pemukiman, warga setempat sudah terbiasa melakukan perjalanan untuk mengambil bahan baku.
Meskipun permintaan tinggi, Warsinem mengakui bahwa mencari bahan baku kolang-kaling kini lebih sulit dibandingkan sebelumnya.
"Karena tidak seperti dulu, melimpah; sekarang sudah banyak pohon yang ditebang," katanya.
Harga kolang-kaling saat ini dijual Rp 10.000 per kilogram, dengan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar. Warsinem menambahkan bahwa keuntungan dari penjualan kolang-kaling membantu perekonomian keluarganya selama Ramadan.
"Meskipun tak pernah menghitung untung bersihnya, alhamdulillah untuk menghidupi keluarga saya sendiri cukup," ujarnya.
Social Footer