Muhammad Yakub Bersama Anggota Kelompok Taninya Menunjukkan Lokasi Budidaya Alpukat dan Hasil Buahnya / Foto: Ist. |
Sambangdesa.com - Desa Wonorejo merupakan salah satu desa dari 10 desa di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Desa ini tepat berada di lereng pegunungan legendaris Arjuno Welirang.
Dengan kontur tanah berupa dataran tinggi, Desa ini memiliki segudang potensi pertanian. Anugerah besar berupa kekayaan alam pertanian yang luas, telah menjadikan desa ini sebagai penghasil buah Alpukat unggulan dan bernilai ekonomi tinggi.
Buah Alpukat yang diberi nama Alpukat Pamelingan sejatinya merupakan tanaman yang sudah ada sejak turun temurun di desa tersebut. Namun, buah tersebut sama dengan kebanyakan Alpukat lainnya. Sehingga kurang memiliki nilai ekonomis untuk dijadikan sebagai komoditas lokal pertanian desa.
Buah Alpukat Pamelingan merupakan bibit lokal asli desa Wonorejo yang kemudian dikembangkan melalui serangkaian inovasi budidaya tanaman buah. Hasilnya, adalah buah Alpukat yang memiliki tekstur lembut, warna yang kekuningan, biji buah yang kecil, buah Alpukat yang wangi, kulit buah yang tipis, dan berukuran super jumbo.
Tanaman Alpukat ini awalnya dikembangkan oleh beberapa kelompok tani di desa Wonorejo yang didukung oleh pemerintah Desa setempat. Kini, dalam perkembangannya, buah ini ditanam oleh hampir seluruh penduduk desa dan menjadi ikon sebagai desa Alpukat.
Tanaman ini tumbuh dengan baik dilahan-lahan pertanian masyarakat, baik itu ditanam oleh perorangan maupun berkelompok. Tak, jarang, ketika Sambang Desa mengunjungi desa tersebut, hapir sepanjang perjalanan ketika memasuki desa tersebut, terlihat hampir semua pekarangan rumah warga terdapat tanaman Alpukat Pamelingan.
Ketika, Sambang Desa menemui salah satu kelompok petani, didapati informasi yang sangat memotivasi bagi petani-petani dan pegiat desa di Indonesia. Keinginan untuk menghasilkan produk pertanian unggulan tidak terlepas dari kondisi perekonomian waga desa Wonorejo waktu itu. Tidak ingin stagnan dengan keadaan yang ada, dan didorong keinginan untuk semakin maju, maka beberapa pelaku pertanian Alpukat mulai memikirkan inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan produksi alpukatnya dan berbeda dengan jenis Alpukat lainnya.
Dari kondisi tersebut, para anggota kelompok tani mencoba mencari terobosan untuk menghasilkan produk alpukat jenis varietas baru, harapannya dengan adanya varietas baru yang lebih unggul dan berkualitas akan berdampak secara ekonomi. Selain itu, dengan adanya varietas tersebut, maka Alpukat tersebut akan menjadi Ikon sehingga bisa menciptakan pangsa pasar tersendiri.
Bagaikan Gayung Bersambut, keinginan tersebut didukung penuh oleh Pemerintah Desa Wonorejo. Sejumlah dukungan fasilitas, pendanaan, dan pengembangan SDM terus dilakukan oleh Pemerintah Desa.
Di awal tahun 2010, sebagian anggota kelompok tani secara mandiri dengan di dukung Pemerintah Desa mulai melakukan sejumlah uji coba. Tentu saja usaha tersebut bukan tanpa kendala dan tantangan. Namun, para pegiat tak patah arang. Hasil dari kesabaran tersebut, terciptalah varietas Alpukat baru yang hanya ada di Desa Wonorejo.
"Awalnya varietas Alpukat ini kami namain Alpukat Arjuno. Alpukat jenis ini sebenarnya banyak di Malang Raya. Namun, dalam perjalanannya, atas usul dari Bupati Malang, biar ada pembeda, maka diberilah nama Alpukat Pamelingan," Terang Muhammad Yakub, ketua kelompok tani Alpukat kepada Sambang Desa, Minggu (29/0502).
"Dari eksperimen tersebut akhirnya dihasilkanlah varietas baru hasil proses ovulasi. Yang membedakan alpukat dari kebanyakan jenis alpukat lainnya yang ada di Malang, Alpukat ini memiliki ukuran buah lebih panjang, lebih besar, lonjong, dan Pipih di Batang tangkainya. Karenanya, Alpukat ini sering disebut Alpukat jumbo," tambah Yakub.
Menurut Yakub, buah Alpukat Pamelingan beratnya bisa mencapai satu setengah kilo dan daging buahnya sangat tebal. Selain itu rasanya lebih gurih dan tekstur buahnya lembut.
"Hingga saat ini, kami sudah memasarkan produk ini ke pasar-pasar modern. Karena memang kualifikasinya sesuai dengan kebutuhan pasar Modern," Urai Yakub.
Yakub berharap, kedepannya tidak hanya untuk pasar modern saja. Hasil pertanian ini juga mampu menyuplai kebutuhan Industri pengolahan buah Alpukat. Menurutnya, hingga saat ini petaninya sangat kewalahan memenuhi permintaan pasar yang sangat besar. Permintaan tidak hanya datang dari wilayah pulau Jawa saja, tetapi hingga ke luar pulau seperti Bali dan Kalimantan.
"Kendala kami adalah pada keterbatasan lahan pertanian. Harapannya, tanaman ini juga dikembangkan di daerah lain. Kami siap bekerjasama, berbagi pengalaman, menata pasar dan menyediakan bibit. Kami sangat terbuka dengan siapapun yang igin belajar dan bekerjasama," Pungkas Yakub.
Sementara Kepala Desa Wonorejo saat ditemui Sambang Desa merasa bangga buah Alpukat bisa menjadi Ikon Desa. Baginya, ingat Alpukat Pamelingan ingat Desa Wonorejo, dan sebaliknya. Produk pertanian yang ikonik, baginya secara tidak langsung telah mengangkat derajat perekonomian Desa.
"Kami percaya masyarakat Wonorejo bisa mempertahankan inovasinya. Saya selaku Pemerintah Desa terus berkomitmen mendukung kemandirian para petani Desa. Jika petaninya Mandiri, desanya juga akan mandiri," Ucap Kasemin Kepala Desa Wonorejo.
"Kami Ada Dana Desa yang bisa dimanfaatkan oleh para petani. Kedepan, pengembangan budidaya Alpukat akan kita sinergikan dengan BUMDES yang bekerjasama dengan kelompok petani. BUMDES akan menjadi inkubator ekonominya," Urai Kasemin.
"Kami selalu memfasilitasi mereka, baik itu dari permodalan, peralatan, dukungan pertanian, hingga pengembangan SDM nya dengan mendatangkan para ahli dari Dinas Pertanian, Akademisi, praktisi, dan Balitbang," Pungkas Kasemin.
Kepala Desa Wonorejo berharap ekosistem pertaniaan Alpukat terus terjaga kualitasnya, semakin tumbuh dan berkembang dengan inovasi-inovasi yang dilakukan oleh para petani. Ingat Alpukat Pemelingan, Ingat Wonorejo, Ingat Wonorejo, Ingat Alpukat Pamelingan.
Social Footer